Senja mulai turun di Pool JETrans Bus Pariwisata ketika saya memasuki bus untuk memulai perjalanan ke Yogyakarta. Setelah 12 tahun memiliki armada bus pariwisata di rute ini, setiap perjalanan masih membawa ceritanya sendiri. Malam ini, rombongan study tour dari Jakarta sudah tidak sabar untuk mengeksplorasi kota yang belakangan viral karena kunjungan IShowSpeed.
Kisah di Balik Perjalanan Jakarta-Yogyakarta
Perjalanan malam selalu menjadi pilihan favorit untuk rute Jakarta-Yogyakarta. Berangkat pukul 18.00 WIB, bus kami akan menembus kabut malam di sepanjang jalur Pantura. Pengalaman mengajarkan bahwa timing ini sempurna: anak-anak bisa beristirahat di bus, dan kita akan tiba di Yogyakarta sekitar pukul 04.00 WIB, tepat waktu untuk menyaksikan keajaiban fajar di Borobudur.
Di sepanjang perjalanan, Rest Area KM 379 menjadi pemberhentian wajib kami. Tempat ini bukan sekadar tempat istirahat; ia adalah oase bagi para pelancong malam. Toilet yang bersih, musholla yang luas, dan area parkir yang tertata rapi membuat tempat ini menjadi favorit para sopir bus. Saya masih ingat bagaimana dulu, sebelum rest area sebagus ini ada, kami harus puas dengan warung-warung kopi sederhana di pinggir jalan.
Yogyakarta Modern: Dari Borobudur hingga Becici
Yogyakarta yang saya kenal hari ini sangat berbeda dengan 12 tahun lalu. Malioboro, yang dulu bisa dilalui bus, kini telah bertransformasi menjadi surga pejalan kaki. Kunjungan IShowSpeed beberapa waktu lalu semakin menegaskan metamorfosis ini. Para pengunjung muda kini tak hanya berburu spot foto di Borobudur, tapi juga mengikuti jejak sang influencer di sepanjang Malioboro.
Namun perubahan paling menarik mungkin adalah munculnya destinasi-destinasi baru seperti Becici. Sebagai sopir bus, saya harus jujur: membawa kendaraan besar ke sana adalah tantangan tersendiri. Jalan menuju Becici, dengan lebar sekitar 5 meter dan beberapa tikungan tajam, mengharuskan rombongan kami untuk berganti ke kendaraan yang lebih kecil di terminal Dlingo. Tapi pemandangan yang menanti di atas selalu membuat semua kesulitan ini terbayar lunas.
Rahasia Mengatur Waktu dan Rute
Dalam dunia pariwisata, waktu adalah segalanya. Dari pengalaman membawa ribuan penumpang, saya telah menyusun rute yang paling efisien. Setelah sunrise di Borobudur, kami biasanya menuju Prambanan saat matahari belum terlalu tinggi. Siang hari adalah waktu ideal untuk mengeksplor Keraton dan Taman Sari, sementara sore hingga malam adalah waktu sempurna untuk menikmati gemerlap Malioboro.
Untuk kunjungan ke Becici, pagi hari adalah waktu terbaik. Udara sejuk dan pemandangan kabut yang menyelimuti hutan pinus menciptakan momen magis yang tak terlupakan. Saya selalu mengingatkan rombongan untuk membawa jaket, karena suhu di sini bisa cukup dingin di pagi hari.
Menjaga Keselamatan dan Kenyamanan Rombongan
Keselamatan adalah prioritas utama dalam setiap perjalanan. Di sepanjang rute Jakarta-Yogyakarta, kami selalu menyiapkan dua sopir yang akan bergantian mengemudi. Pergantian biasanya dilakukan di Tegal saat pergi dan Brebes saat pulang. Ini bukan sekadar prosedur; ini adalah komitmen kami untuk memastikan setiap penumpang sampai dengan selamat di tujuan.
Konsumsi rombongan juga menjadi perhatian khusus. Rumah Makan Pagi Sore di Tegal dan Gudeg Yu Djum di Yogyakarta telah menjadi langganan kami selama bertahun-tahun. Bukan hanya karena makanannya yang lezat, tapi juga karena mereka memahami kebutuhan rombongan besar.
Menghadapi Tantangan Modern
Perkembangan teknologi dan media sosial telah mengubah cara orang berwisata. Kini, setiap rombongan punya “wish list” tempat-tempat viral yang ingin dikunjungi. Sebagai sopir yang telah lama mengenal Yogyakarta, saya selalu berusaha menyeimbangkan keinginan mereka dengan kearifan pengalaman. Ya, Malioboro yang viral itu memang menarik, tapi saya juga suka mengenalkan mereka pada tempat-tempat tersembunyi yang tak kalah istimewa.
Berbicara tentang aspek praktis, perjalanan Jakarta-Yogyakarta membutuhkan sekitar 400 liter solar pulang-pergi. Biaya tol sekitar 1 juta rupiah, belum termasuk parkir yang berkisar 25-50 ribu per lokasi. Namun, yang lebih penting dari angka-angka ini adalah bagaimana mengelolanya dengan bijak untuk memberikan pengalaman terbaik bagi penumpang.
Lebih dari Sekadar Perjalanan
Setelah 12 tahun mendampingi tur bus ke Yogyakarta, saya telah menyaksikan bagaimana kota ini bertransformasi tanpa kehilangan jati dirinya. Dari kemegahan Borobudur hingga keindahan tersembunyi Becici, dari hiruk-pikuk Malioboro hingga kedamaian pagi di pinggiran kota, setiap sudut Yogyakarta punya ceritanya sendiri.
Bagi siapapun yang berencana mengunjungi Yogyakarta, ingatlah bahwa kota ini lebih dari sekadar destinasi wisata. Ia adalah pengalaman yang akan mengisi ruang-ruang kenangan dengan warna-warni yang tak terlupakan. Dan sebagai pemilik bus yang turut serta menjadi pendamping tur serta ribuan kali melintasi rutenya, saya masih menemukan keajaiban baru dalam setiap perjalanan. Tentu saja apabila ingin mengunjungi Yogyakarta berserta destinasi Puncak Becici, Anda sekalian dapat memesan melalui halaman utama buswisata.id, terdapat dua paket Yogyakarta 3 hari dan 4 hari atau hubungi melalui logo WhatsApp di bawah.
Baca Artikel lain mengenai Puncak Becici di sini :
Leave a Comment